Di Tengah Pesta Semu
angin berdecak di tengah kegalauan nurani. Musim berganti menuju ke timur. Sesaat sebelum beranjak kau merobek dada kemudian menggambar pisau dan organ seksual. Aku mencibir. Langkahku kaku. Seandainya musim, adalah yang membuat langit kecewa..Yakin duka yang kau lukis di padang pasir mengeja ayat-ayat tuhan.
Sebuah nostalgi yang mengerang di pertengahan abad. Kembali melangkah memalingkan muka. Setiap usia mungkin sebangsa binatang yang dilahirkan matahari sore. menjadi puisi. kemanakah cinta yang kau tabuh kemarin. Tariannya telah usang.
Lagi-lagi cerita yang terbuang membawa pagi. Ke ujung taubat .Seorang pelukis tua sejenak menyinyir kemudian kembali . Setetes sperma murni yang ditegaknya. Menjalar dalam goresan-goresan khayal. Kelap-kelip bintang yang memabukan menghilang diujung timur. Tak ada jarak. Kemana lagi harus mencari langit dan butiran nafsu. Sajak-sajak mana lagi yang terombang-ambing mencari kesucian. semuanya berlari bergumul di tengah pesta semu.
Gintung, 2007
Friday, 18 May 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment